PARAFRASE PUISI
Yang dimaksud parafrase adalah mengubah puisi menjadi bentuk sastra lain
(prosa). Hal itu berarti bahwa puisi yang tunduk pada aturan-aturan
puisi diubah menjadi prosa yang tunduk pada aturan-aturan prosa tanpa
mengubah isi puisi tersebut. Lebih mudahnya parafrase puisi adalah
memprosakan puisi.
Perlu diketahui bahwa parafrase merupakan metode memahami puisi, bukan
metode membuat karya sastra. Dengan demikian, memparafrasekan puisi
tetap dalam kerangka upaya memahami puisi.
Ada dua metode parafrase puisi, yaitu
a. Parafrase terikat,
yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan cara menambahkan sejumlah kata
pada puisi sehingga kalimat-kalimat puisi mudah dipahami. Seluruh kata
dalam puisi masih tetap digunakan dalam parafrase tersebut.
b. Parafrase bebas, yaitu mengubah puisi menjadi prosa
dengan kata-kata sendiri. Kata-kata yang terdapat dalam puisi dapat
digunakan, dapat pula tidak digunakan. Setelah kita membaca puisi
tersebut kita menafsirkan secara keseluruhan, kemudian menceritakan
kembali dengan kata-kata sendiri.
Contoh:
Perhatikan puisi Chairil Anwar berikut ini
HAMPA
:kepada Sri
Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti. Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.
Dengan teknik parafrase, puisi ini kita tambah beberapa
kata agar lebih mudah dipahami.
Bentuk parafrase puisi :
HAMPA
:kepada Sri
(keadaan amat) Sepi di luar (sana).
(Keadaan) Sepi (itu) menekan-(dan) mendesak.
Lurus kaku pohon(-pohon)an (disana).
(pohonan itu) Tak bergerak
Sampai ke puncak (nya). Sepi (itu) memagut(ku),
Tak satu kuasa (pun dapat) melepas-(dan me)renggut(nya
dariku)
Segala(nya hanya) menanti. Menanti. (dan) Menanti (lagi).
(menanti dalam) Sepi.
(di) Tambah (lagi dengan keadaan saat) ini (,) menanti jadi
mencekik (malah)
Memberat(kan dan)-mencekung (kan) punda (kku)
Sampai binasa segala(-galanya). (itu pun) Belum apa-apa
(bahkan) Udara (pun telah) bertuba. Setan (pun) bertempik
(sorak)
Ini (,) (peraan) sepi (ini) terus (saja) ada.
Dan (aku masih tetap) menanti.
Teknik parafrase ini hanya diperlukan
bagi puisi-puisi yang sangat minim kata-katanya. Bila suatu puisi telah
tersusun kata-kata yg mudah dipahami, maka tidak diperlukan lagi membuat
parafrase.